Friday, July 21, 2017

Kurikulum Keluarga Muslim

Mendengar kata kurikulum, apa yang Mommies langsung bayangkan di dalam benak kita? Satu kata tercepat yang secara umum akan disebutkan orang adalah Sekolah. Untuk orangtua yang anaknya sudah bersekolah mungkin kurikulum mengingatkan akan adanya pergantian buku belajar anak. Tak banyak orang tua yang paham atau memahami terkait kurikulum ini.

Apakah arti dari kurikulum? kurikulum adalah rancangan pelajaran yang terdiri dari seperangkat mata pelajaran dan program yang dibuat lembaga pendidikan dalam satu periode tertentu. Biasanya kurikulum disusun oleh pemerintah agar seluruh sekolah mendapat rancangan pelajaran yang baku. Kurikulum tersebut dinamakan kurikulum nasional. Namun, di sekolah swasta, kurikulum nasional biasanya dipadukan dengan kurikulum lain untuk mendapatkan hasil pendidikan yang diinginkan.

Lalu, apakah orangtua harus mengerti tentang kurikulum? apakah anak hanya belajar di sekolah saja? Apakah sekolah anak kita sudah memenuhi kewajiban kita sebagai orangtua kepada anak?

Sebagai orangtua muslim, kita memiliki kewajiban untuk mengenalkan Islam kepada anak kita. hal ini tersurat di dalam surat At Tahrim ayat 6 yang menyebutkan agar orang-orang beriman memelihara diri dan keluarganya terhindar dari api neraka. Inilah kelak yang menjadi tanggung jawab kita di hari akhir atas anak-anak kita. Apakah anak-anak kita dapat terhindar dari api neraka?

Memelihara diri dan keluarga dari api neraka bukanlah pekerjaan mudah, yang dapat diselesaikan dengan jam-jam anak belajar di dalam kelas. Hal ini adalah pekerjaan besar yang membutuhkan penjagaan ruhiyah, pembimbingan intensif yang  menguras tenaga serta waktu. Karna lawannya adalah makhluk Allah yang tak pernah bosan menggoda manusia untuk menjadi temannya kelak di neraka. Syetan. Maka orangtua harus ikut mendukung sekolah dan lingkungan untuk saling membantu dalam terwujudkan anak muslim yang diridhoi Allah

Memelihara diri dan keluarga dari api neraka harus menjadi visi atau tujuan dari setiap keluarga muslim. Untuk mencapai visi tersebut maka orangtua wajib berusaha untuk merancang pelajaran berupa kurikulum bagi anak agar dapat memenangkan perang abadi dengan syetan ini.

Menurut ustadz herfi, didalam kajian yang dilaksanakan di depok ini, kesalahan dalam pendidikan termasuk kategori dosa besar karena kesalahan dalam pendidikan anak tidak hanya menyengsarakan anak di dunia tetapi juga akhirat. Sehingga pendidikan anak jelas bukan hal sederhana.

Dalam menyusun kurikulum pendidikan pada anak, harus di perhatikan perbedaan usia antar anak. Karena pada setiap tahapan usia anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai usianya:, yaitu
1. Karakter dan kebutuhan pokok anak
2. Hal-hal yang membahayakan anak
3. Nilai terpenting dalam kurikulum yang harus ditanamkan pada anak

KURIKULUM KELUARGA MUSLIM UNTUK ANAK USIA 4-6 TAHUN

Kebutuhan pokoknya dialog
Hal-hal yang membahayakan : meniru apa yang didengar dan dilihatnya
Nilai penting yang harus ditanamkan : cinta Al-Qur’an
Kebaikan-kebaikan yang harus diinstalkan, semuanya ada dalam Al-Qur’an. Jika anak sudah cinta Al-Qur’an maka penanaman kebaikan-kebaikan turunan dari Al-Qur’an akan lebih mudah. Tanamkan cinta Al-Qur’an terlebih dahulu sebelum menanamkan hafalan Al-Qur’an.
Pada usia ini juga merupakan usia fitrah anak menghafal Al-Qur’an, sedang mudah-mudahnya menghafal. Akal dan otaknya sedang maksimal.
Pertanyaannya, bagaimana membuat anak cinta Al-Quran ?
1. Sampaikan kisah interaksi para nabi, sahabat dan orang-orang soleh dengan Al-Qur’an.
Sampaikan bagaimana mereka hidup dengan Al-Qur’an, semangat mempelajari Al-Qur’an. Sampaikan bagaimana Allah memuliakan orang yang memuliakan Al-Qur’an. Sampaikan kisah-kisah orang-orang beriman yang ikhlas belajar Al-Qur’an, kisah-kisah penghafal Al-Qur’an yang dapat mengguggah semangat anak. Sampaikan juga kisah Imam Syafi’I yang di usia 8 tahunnya sudah dites seluruh bacaan Al-Qur’annya.
2. Selalu menghubungkan apa yang anak-anak tanyakan dengan Al-Qur’an.
Semua jawaban ada dalam Al-Qur’an. Sampaikan jawaban dari Al-Qur’an. Sehingga jika setiap kali anak berfikir, kemudian menghubungkan setiap hal dengan Al-Qur’an maka InsyaAllah Al-Qur’an sudah terinstall dalam jiwanya. MasyaAllah.
Para sahabat menjadi generasi yang tidak bisa disapih dari Al-Qur’an karena demikianlah Allah mendidik mereka. Saat ada masalah maka turun ayat-ayat Al-Qur’an sebagai jawabannya, sehingga setiap kali mereka mendapat masalah maka hanya Allah lah tempat bergantung dan mencari penyelesaiannya pada ayat-ayat yang diturunkan. Ketergantungan terhadap Al-Qur’an sebagai guidance book of life sangat tinggi.

KURIKULUM KELUARGA MUSLIM UNTUK ANAK USIA 7-9 TAHUN

Pada tahapan usia ini, secara fitrah anak sudah mulai bisa:
– membangun kemandirian dan percaya dirinya
– bisa bertanggung jawab. Bisa dilihat pada usia ini anak pada umumnya sudah meminta kamar sendiri atau meja belajar sendiri dsb.
– melaksanakan instruksi yang jelas dan spesifik, misal tolong buang sampah di dapur dan masukkan pada tempat sampah di depan rumah.
– mengerjakan perintah-perintah sederhana
– terampil membaca, menulis dan berhitung
– senang sosialisasi. Kebutuhan berteman sudah muncul dan jika di-bully sudah bisa merasakan. Anak juga cenderung memilih teman yang sesuai dengan dirinya.
Jadi sebenarnya para orangtua tidak perlu khawatir, karena ini kemampuan natural anak, dengan catatan pada tahapan usia sebelumnya orangtua telah menginstall selera berteman yang baik pada anak. – berdialog dan bernegosiasi, bisa menyampaikan argument
Bagian yang terpenting, pada usia 7 tahun anak sudah mulai muncul dahaga spiritualnya. Ini merupakan hikmah mengapa sholat diperintahkan mulai usia 7 tahun, walaupun sekali lagi ini juga berkaitan erat dengan tahapan pendidikan usia sebelumnya. Namun mengajak anak untuk sholat bisa sebelum 7 tahun agar anak sudah kenal habitnya. Ilmunya diajarkan saat usia 7 tahun.
Sama halnya dengan berhijab. Belum kena kewajiban saat belum baligh, namun bisa dikenalkan dari kecil. Sampaikan ilmunya saat usia 7 tahun. Pada dasarnya tugas orangtua menyiram dan memupuk. Allah sudah setting fitrah-fitrah di setiap tahapan usia. Tidak akan tumbuh baik jika kita tidak menciptakan kondisi fitrah tersebut untuk berkembang.

Kebutuhan pokok pada usia 7,8,9 tahun :

1. Memenuhi perasaan-perasaan relijius anak, memuaskan dahaga spiritualnya. Maka fasilitasi dan penuhi masalah spiritual, ruhiyah anak. Selain sholat arahkan anak juga untuk doa, dzikir dan silaturahim.
2. Pada usia ini anak juga sering menarik diri bila terbentur sesuatu, kemudian mengamati. Anak tidak se-easy going tahapan usia sebelumnya jika menghadapi masalah. Sudah muncul kemampuan mengamati dan merenung. Ini juga merupakan hikmah mengapa sholat diperintahkan mulai usia 7 tahun karena sholat membutuhkan kemampuan merenung dan menyendiri. MasyaAllah.
Maka ajak anak keluar, mengamati hal apa saja. Jauhkan dari gadget, televisi ataupun game karena akan mematikan kemampuan perenungan dan pengamatan anak. Sering-sering ajak anak tadabbur alam.
3. Kokohkan spiritual anak dengan membacakan siroh nabi, siroh sahabat dan fikih. Selesaikan ini sebelum usia baligh, terutama fikih thaharah.
Selesaikan fikih thaharah, shalat & puasa anak sebelum usia baligh, sehingga saat baligh sudah ada ilmunya. Fikih thaharah juga membantu anak memahami seksualitas dalam kerangka fikih, bukan pendidikan seks. Sehingga yg dipikirkan anak adalah hukumnya dan bukan organ kemaluan.
Pada dasarnya tarbiyah jinsiyah dalam Islam terkait 2 hal : thaharah dan munakahat.
4. Karena spiritualnya sedang tinggi, maka sering-sering ajak anak ke mesjid, bertemu orang-orang soleh.

Kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam pendidikan anak usia 7,8,9 tahun

1. Kaidah cinta, lemah lembut
Motivasilah anak agar mempelajari agamanya dengan cinta
Hadapi pembangkangannya dengan lembut
Kurangi pembicaraan tentang neraka Perbanyak pembicaraan tentang syurga agar bertambah kecintaannya terhadap Allah
Tanamkan dulu cinta terhadap Allah Biarkan anak melakukan ibadah karena cinta bukan karena takut Allah. Jika menanamkan takut dulu sebelum cinta maka dampaknya tidak baik
2. Kaidah pujian
Jangan pelit memuji dan membanggakan anak saat di depan orang lain. Jangan berpikir ini riya karena anak belum masuk usia taklif. Jangan sederhanakan sekecil apapun kebaikan anak-anak kita, walaupun itu terlihat hal yg biasa dilakukan, karena Allah pun “menghitung” sekecil apapun kebaikan hamba-hamba Nya.
3. Kaidah kesan baik
Berikan kesan dan pesan baik tentang perintah-perintah agama. Misal saat menyampaikan puasa. Ada anak yang saat puasa, sebelum maghrib sudah berkata tidak kuat dan menanyakan apakah boleh membatalkan puasa. Maka, tanyakan kembali kekuatannya dan alihkan dulu perhatiannya dengan mainan, buku atau hal-hal lain kesukaannya. Namun bila ternyata setelah ditanya dan dialihkan sudah benar-benar tidak kuat, anak boleh membatalkan puasa. Hargai upayanya, berikan makanan. Sehingga kesan anak terhadap puasa adalah bukan perihal mulut kering atau badan lesu.
4. Kaidah hadiah
Berikan hadiah bila anak meraih prestasinya. Misal hafal sekian surat, sekian juz, sholat subuh tanpa diminta dan dibangunkan, menjaga adik saat bunda sedang memasak, dll. Sampai kapan kaidah hadiah ini diberikan ? Sampai “pohon tersebut berakar kuat dan tidak butuh disirami lagi”. Maksudnya jangan khawatir anak akan ketergantungan hadiah. Ada fase anak akan tidak butuh hadiah atas pencapaian-pencapaian terbaiknya.
5. Kaidah tidak menekan
Jangan memaksa anak melakukan ibadah. Misal sholat ke mesjid. Pertama kali tidak mau, jangan dipaksa. Bujuk perlahan-lahan dengan kasih saying. Dampingi lagi secara bertahap mulai dari berwudhu.
6. Kaidah keteladanan
Keteladanan dimulai dari diri kita sebagai pendidik utama. Sebagai partner, jangan sepelekan urusan sekolah. Pertimbangkan dengan baik setiap oranng dalam sekolah yang akan terlibat dengan anak, prioritaskan ini ketimbang fasilitas sekolah. Karena anak akan lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang sekolah daripada fasilitasnya, karena anak akan melihat semuanya. Dalam hal ini termasuk para guru, satpam, penjaga dan pesuruh, dokter UKS, dsb. Jika orang-orang ini istiqomah dan lurus, InsyaAllah anak-anak ada dalam lingkungan yang baik.

Hal-hal yang harus diwaspadai pada usia 7,8,9 tahun

1. Jangan pernah memukul untuk menghukum anak
Jika harus menghukum, hindari pukulan karena dapat menghancurkan fitrahnya. Namun jika semua upaya menghukum anak belum bisa menyadarkannya, para ulama sepakat boleh memukul, tetapi sebelum dan sesudahnya harus menunjukkan cinta kita. Kita memukul karena cinta bukan amarah. Kemudian jangan memukul di area yg menyakitkan. Sampaikan juga alasan keharusan memukul. Jangan memukul di depan orang lain, termasuk di depan orang yang diidolakan anak atau di depan orang yang sedang bersaing dengan anak.
2. Melarang anak dari permainannya
Bentuk hukuman yang dianjurkan adalah memberi anak kesempatan berfikir. Letakkan anak pada situasi yang menjenuhkan tapi tidak menakutkan agar anak mampu merenung. Misal, dudukkan anak di kursi hukuman, menghadap dinding selama beberapa waktu atau masukkan anak dalam ruangan kosong tapi lampu tetap dinyalakan.

Nilai-nilai yang harus ditanamkan pada usia 7,8,9 tahun

Pada dasarnya semua ilmu dalam Islam ada biangnya dan ini dipelajari bertahap. Maka ajarkan ilmu pada anak tetapi pakai urut-urutan, mulai dari yang pokok.
Abu Daud meriwayatkan orang-orang cukup paham 4 hadist saja untuk memahami Islam. Memahami salah satunya berarti sudah memahami seperempat agama. Yakni
a. Hadist tentang niat sebagai awal perbuatan
b. Hadist tentang cakapnya iman seseorang kala meninggalkan hal-hal tidak penting dan tidak berguna
c. Hadist tentang tidak sempurnanya iman seseorang sebelum ybs mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri
d. Hadist menegakkan hal yang halal dan haram
Keempat hadist tersebut memuat dan merangkum hal aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Tanamkan 4 hal ini pada anak usia 7,8,9 tahun.
sumber:
http://mommee.org/kurikulum-keluarga-muslim-untuk-anak-usia-4-6-tahun-dan-7-9-tahun/